Apakah Kecanduan Emosi Negatif Itu ?

Manusia sehari-harinya dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal itu bisa berupa kejadian tertentu antara kita dengan orang lain, entah itu keluarga sendiri, lingkungan sosial, kantor dan lainnya. Sedangkan faktor internal berupa memori, pengalaman masa lalu, nilai-nilai, prinsip dan keyakinan.

Kedua faktor tadi mempengaruhi respon kesadaran dan emosi kita. Jika kesadaran yang muncul duluan, maka outputnya akan positif dan membuat kita tumbuh bijaksana. Namun kebanyakan justru umumnya response awal adalah emosi, dalam hal ini emosi negatif.

Emosi negatif muncul manakala ada kejadian yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Kejadian itu membuat perasaan tidak nyaman atau bahkan terluka. Perasaan itulah yang kemudian terekam di memori, dalam hal ini di pikiran bawah sadar. Jika kejadian tsb berulangkali terjadi, maka intensitas emosi negatif akan semakin kuat. Akibatnya kita sulit bepikir logis menggunakan akal sehat jika diri dalam kendali emosi negatif tsb.

Saat emosi muncul, otak akan memproduksi senyawa kimiawi tertentu yang akan diterima oleh sel tubuh. Semakin sering senyawa kimiawi tadi diproduksi, maka sel tubuh yang menerima akan semakin ‘terbiasa’ dan lama kelamaan justru akan semakin ‘ketagihan’, sel tubuh akan menaikkan standar ‘dosis’ dari senyawa kimiawi tadi agar sel tubuh bisa terstimulasi. Dan sialnya adalah, senyawa kimiawi tsb adalah senyawa kimiawi pembawa ‘suasana’ emosi negatif.

Disinilah masalah utamanya, orang yang sering mengalami emosi negatif dan sudah kecanduan emosi negatif, akan merasa bahwa dia baik-baik saja, tidak ada yang aneh. Justru jika tidak marah, ia merasa ada yang salah dalam dirinya, karena kondisi alamiahnya sudah bergeser. Ia menganggap marah adalah kondisi alamiah, yang bisa membuat dirinya merasa nyaman dan benar.

Padahal itu ada kerja dari sel tubuhnya yang selalu ‘butuh’ senyawa kimiawi  tertentu, sehingga pikiran bawah sadar selalu menarik ia pada situasi dan kondisi yang selalu memunculkan emosi negatif, yaitu marah, kesal, cemburu, kecewa, dll. Saat emosi negatif muncul, senyawa kimiawi “marah” memenuhi tubuhnya sehingga membuat nyaman dan ia menjadi semakin gampang untuk marah.

Padahal kita semua tahu, emosi negatif yang tidak bisa dikontrol jelas akan merugikan diri sendiri.

Dari segi kesehatan jelas merugikan. Orang yang pemarah memiliki resiko sakit beragam. Mulai dari sakit kepala, sulit tidur,  sakit jantung, tekanan darah tinggi sampai depresi.

Dari segi sosial juga banyak ruginya. Tidak ada orang atau lingkungan yang merasa nyaman jika berinteraksi dengan orang yang kecanduan emosi negatif itu. Secara alamiah, semua akan menjauhi dan menghindari orang yang pemarah.

Dan yang paling menarik adalah ini, kecanduan emosi negatif membuat kehidupan seseorang mengalami stagnasi alias jalan ditempat, sulit untuk maju. Karena emosi negatif ternyata memiliki level energi yang rendah. Seseorang yang memiliki level energi rendah akan sulit sekali ‘menarik’ kemudahan – kemudahan hidup, yang biasa kita sebut keajaiban hidup yang positif.

Energi level rendah hanya bisa menarik level kehidupan yang rendah. Artinya orang yang kecanduan emosi negatif akan sering mengalami kesusahan dan kesulitan dalam menjalani hidupnya. Harapan dan tingginya impian hidup, tidak bisa dicapai dengan energi level rendah yang ia genggam erat dalam bentuk kecanduan emosi negatif itu.

Jadi begitu banyak kerugian jika seseorang menderita kecanduan emosi negatif.

Untuk bisa lepas dari kecanduan itu dibutuhkan kesadaran diri untuk berubah. Kondisi  pikiran dan hati yang tenang, perenungan  ke dalam diri sendiri, disaat itulah kesadaran diri muncul dan keputusan untuk berubah dapat diambil dan dilaksanakan. Ini tentunya dengan niat yang jernih dan kuat, bahwa perubahan ini adalah demi untuk kebaikan hidup saat ini dan menaikkan level kehidupan menjadi jauh lebih baik untuk dirinya sendiri kelak.

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *