Payung dan Rezeki
Ibarat hujan, rezeki itu turun dari langit secara melimpah ruah, tidak membeda-bedakan, semua dapat. Yang di desa, di kota, dimanapun, hujan turun membasahi siapapun, demikian juga dengan rezeki.
Hanya sayang terkadang manusia justru menghalangi hujan membasahinya, dia pakai payung yang bagus dan indah. Padahal justru payung itulah yang menghalanginya dari melimpahnya air hujan.
Dalam pemahaman religi, payung ibarat dosa yang masih saja menaungi manusia. Karena kemasannya bagus, indah penuh warna-warni, manusia enggan melepasnya. Dosa memang jarang hadir dalam buruk rupa.
Dalam pemahaman psikologi, payung ibarat mental blocking yang tertanam dalam citra dirinya. Perasaan tidak mampu, tidak layak, malas, suka menunda dan berburuk sangka pada potensi dirinya, menjadi sudut yang nyaman untuk bersembunyi, takut akan sukses.
Jika payung dilepas, bagaimanapun caranya, sudah pasti hujan akan membasahi tubuh manusia tanpa bersusah payah.
Jika dosa (religi) atau mental blocking (psikologi) dihilangkan, maka secara otomatis rezeki akan hadir berlimpah tanpa upaya berarti, otomatis.
Karena hujan tidak membedakan, karena rezeki sudah ada yang mengatur.
Demikianlah adanya.